Rectoverso. Sebelas cerita pendek. Sebelas lagu.
Banyak hal yang membuat saya tertarik dengan buku ini. Selain cover-nya yang saya suka (versi asli), saya tertarik dengan konsepnya di mana terdapat sebelas prosa yang berawal dari rangkaian lirik lagu. Betapa kreatifnya ide itu! Hingga pada 2013 lalu Rectoverso tampil dalam bentuk film. Tadinya saya tidak bisa membayangkan bagaimana sebelas cerita ini akan dikemas dalam sebuah film. Istilah keren dalam perfilman adalah omnibus.
Hanya lima cerita dari buku ini yang diangkat ke layar lebar, yaitu Curhat Buat Sahabat, Malaikat Juga Tahu, Hanya Isyarat, Cicak di Dinding, dan Firasat. Di antara lima cerita itu, saya paling menyukai Curhat Buat Sahabat dan Malaikat Juga Tahu. Lima cerita dengan benang merah “Cinta Yang Tak Terucap”. Mari kita bahas sedikit dua cerita ini.
Curhat Buat Sahabat.
Saya menyukai cerpen, lirik lagu, dan filmnya. Selain kondisi terjebak dalam friend zone yang tidak pernah habis dijadikan tema dalam berbagai cerita, kalimat yang digunakan dalam Curhat Buat Sahabat ini begitu sederhana, namun mampu menghadirkan chemistry para tokohnya secara tepat di hadapan pembaca. Lirik lagunya pun pas. Sedangkan filmnya diperankan dengan apik oleh Indra Birowo sebagai Reggie dan Acha Septriasa sebagai Amanda. Perbedaan karakter keduanya ternyata justru menjadi pengikat persahabatan mereka. Amanda yang supel dan ceria, sedangkan Reggie yang kalem dan ternyata diam-diam menyimpan perasaan pada Amanda. Tidak peduli bagaimana pun perhatian yang Reggie berikan, Amanda tetap saja tidak menyadari bahwa sahabatnya sendiri sedang jatuh cinta pada dirinya. Penonton dibuat tersenyum, tertawa, lalu tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menyesak di dada.
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik: “Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku…”
Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi
– cuplikan lirik lagu Curhat Buat Sahabat –
Sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tak pernah tahu
Kamu terus menanti
Segelas air putih
– cuplikan kalimat dalam cerpen Curhat Buat Sahabat –
Malaikat Juga Tahu.
Untuk versi cerpennya, jujur saja saya tidak terlalu mendapat chemistry-nya. Begitu pun lagunya yang saya tahu dinyanyikan sendiri oleh Dee. Namun ketika menonton filmnya, justu Malaikat Juga Tahu inilah yang paling meninggalkan kesan. Akting Lukman Sardi sebagai Abang, seorang penderita autisme yang jatuh cinta pada Leia, perempuan yang sama yang disukai oleh adik kandungnya, Hans. Terlihat bahwa Lukman Sardi sangat total di sini. Adegan yang paling saya suka adalah ketika Leia menemukan surat yang ditulis oleh Abang. Sebuah kalimat yang saya yakin para penggemar cerita ini pasti tahu, “Seratus itu sempurna. Kamu lebih satu. Lebih sempurna.” Satu lagi. Lagu Malaikat Juga Tahu yang dinyanyikan kembali oleh Glenn Fredly dengan aransemen baru, benar-benar memberi sentuhan yang berbeda. Lebih menyayat.
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya
– kutipan lirik lagu Malaikat Juga Tahu –
Secara umum, sebagai sebuah omnibus, film Rectoverso mampu menyajikan lima cerita yang berbeda ini dalam sebuah film dengan perpindahan dari satu cerita ke cerita lain yang smooth. Dan mata saya pun basah di akhir cerita Malaikat Juga Tahu ini.
*******
#NulisRandom2015
– pim 090615 –
