• facebook
  • instagram
  • twitter
  • mail
Not A One Day Job

Not A One Day Job

crumpled paper

Trust is like a paper, they said. Once it’s crumpled, it can’t be perfect again.

Mungkin banyak yang akan tunjuk jari kalau saya bertanya siapa yang setuju bahwa menjaga kepercayaan itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Kepercayaan yang didapatkan oleh perusahaan-perusahaan baru yang berusaha meluncurkan produk baru mereka, kepercayaan yang didapatkan oleh karyawan baru yang sedang membuktikan kinerja mereka, kepercayaan yang didapatkan oleh bocah yang baru bisa mengendarai sepeda, atau kepercayaan yang didapatkan oleh sepasang kekasih atau suami-istri yang sedang menjalin hubungan jarak jauh. It’s not a one day job.

Begitu pula memercayai orang lain. Secara tidak langsung, sejak kecil kita sudah belajar memercayai orang lain. Belajar menjaga kepercayaan yang orang lain berikan kepada kita. Misalnya saja ketika berkenalan dengan orang baru di sekolah. Orang yang sama sekali belum pernah kita temui sebelumnya. Orang yang kemudian menjadi teman baik, sahabat, bahkan pasangan hidup. Hanya saja, kita terlalu sibuk memikirkan bagaimana mendapatkan dan menjaga kepercayaan dari orang lain, hingga kerap kali lupa bahwa berusaha mendapatkan dan menjaga kepercayaan kepada diri sendiri juga penting.

Kepercayaan yang dulu pernah kita bangun dari hal-hal yang kita anggap membanggakan. Hal-hal tak terlupakan yang pernah membuat kita merasa puas dengan apa yang telah kita lakukan dan capai. Lagi-lagi, it’s not a one day job. Namun seiring berjalannya waktu, kita lupa bahwa kita pernah menulis hal-hal itu pada selembar kertas yang dulunya kita bingkai rapi di ingatan kita. Apa yang semula kita rencanakan berubah. Apa yang semula kita bayangkan tidak terjadi. Kita pun tanpa sadar melepas kertas itu dari bingkainya, meremas, dan bahkan melemparnya menjauh. Atau bahkan membiarkan orang lain meremas kertas itu, hingga sedikit demi sedikit tingkat kepercayaan kita kepada diri sendiri pun makin aus.

Ah, mungkin kita perlu memperlakukan diri kita seperti customer yang harus selalu diperlakukan baik, bahwa kepuasan dan kepercayaan customer adalah yang utama. Hingga kita akan selalu melakukan yang terbaik yang kita bisa, bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri. Karena kita layak diperlakukan dengan baik oleh diri kita sendiri. Bukan berarti selfish,seperti yang pernah saya tulis di The Happy You! bahwa untuk membuat orang lain bahagia, kita yang harus bahagia lebih dulu.

Trust is like a paper. Once it’s crumpled, it can’t be perfect again. True. We can’t fix it, but we can still try not to make it worst. Jangan diremas lagi. Jangan membuatnya makin rusak, apalagi dibuang. Kita bisa mencoba mengambil kembali kembali kertas yang pernah kita remas dan buang itu, membukanya kembali dan melihat apa yang pernah tertulis di sana. Meski kertas itu telah tidak lagi seperti semula, tapi apa yang pernah tertulis di sana tetap ada. Hal-hal baik yang ingin kita kenang. Yang membuat kita ingat bahwa kita pernah memberi kepercayaan luar biasa pada diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal luar biasa. Yang saat ini meyakinkan kita bahwa kita perlu kembali memberi kepercayaan yang sama pada diri kita bahwa kita masih mampu melakukan hal-hal luar biasa. Yang membuat kita sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun dari sekarang akan tersenyum tiap kali mengingatnya dan tidak hanya bangga mengatakan, “I was once that awesome” tapi mengatakan “I am that awesome”.

 

*******

 

– pim011115 –

 

#ArisanNulis #Week5 #Kertas

 

*Foto diambil dari internet

Doing something we love is fun, right? And I love food traveling, reading, watching movie, writing, and crafting sometimes..:-) -- Seorang farmasis, karyawan di salah satu perusahaan farmasi di Indonesia :) Yang meyakini bahwa menjadikan pekerjaan sebagai hobi, atau menjadikan hobi sebagai pekerjaan adalah sesuatu yang luar biasa..!! -- Yang suatu saat bisa berkata : "People call it work, but I call it hobby" --

Leave a reply