• facebook
  • instagram
  • twitter
  • mail
Periuk Kita Tidak Akan Saling Tertukar

Periuk Kita Tidak Akan Saling Tertukar

Amalan-Murah-Rezeki

Saya pernah membaca salah satu artikel yang menyatakan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki adalah perdagangan. Tidak heran jika dengan mudah kita menemui orang-orang di sekitar kita yang berprofesi sebagai pedagang. Mulai dari pedagang minuman di sebagian trotoar jalan raya yang kita temui sepanjang perjalanan kita sejak keluar rumah hingga ketika kita membuka social media. Pasti tidak sedikit teman kita di facebook, twitter, instagram, dll yang memasang profile picture atau meng-upload foto barang yang mereka perdagangkan.

Kadang sering kita temui, atau bahkan kita alami sendiri ketika melihat si A yang memiliki online shop busana muslim bisa sangat sukses. Koleksi yang di-upload akan langsung sold out dalam hitungan jam, lalu kita tiba-tiba ingin melakukannya juga. Lalu kita melirik si B yang memiliki usaha kue dan sudah banyak testimoni kliennya yang puas dan melakukan repeat order, maka kita pun berpikir bisa melakukan hal yang sama. Apakah tingkat keberhasilan kita akan sama dengan A atau B? Mungkin ya. Mungkin tidak.

Hal ini mengingatkan pada sebuah perbincangan dengan seorang sahabat. Saya tahu sahabat saya yang satu ini gemar berdagang, mulai dari busana muslim anak-anak dan dewasa, produk kesehatan, kecantikan, dan perlengkapan rumah tangga. Bahkan menjelang lebaran seperti saat ini, seperti biasa ia akan berdagang kue kering seperti tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja beberapa bulan terakhir ada salah seorang rekan kerjanya yang juga mulai berdagang. Yang membuatnya “terganggu” adalah barang yang diperdagangkan adalah sama persis. Dengan target konsumen yang sama. Tentu saja saya memahami bahwa sebenarnya ada aturan tak tertulis untuk tidak menjual barang yang sama dengan target konsumen yang sama. Tentu saja kita tidak sedang membicarakan mengenai persaingan antar swalayan atau online shop yang beberapa di antaranya menjual barang yang sama persis. Bukan. Lingkup yang sedang kami bicarakan adalah lingkup yang lebih kecil. Berjualan di tempat kerja.

Saya pernah mendengar dari seorang teman, bahwa ketika memulai usaha atau bisnis apa pun, jangan memilih bisnis karena kita melihat orang yang melakukannya telah sukses karena kita sesungguhnya tidak tahu apa pun proses apa yang telah orang tersebut lakukan hingga bisa sesukses seperti yang kita lihat. Ia mengatakan pilihlah bisnis yang kita benar-benar kuasai. Karena itu, wajar jika kita mencoba bisnis X lalu hasilnya tidak seperti yang kita lihat pada orang lain yang menjalani bisnis yang sama, terlepas dari sebesar apa usaha yang telah kita lakukan. Saya setuju. Tuhan begitu adil hingga tidak membuka satu pintu sukses yang sama untuk semua orang. Dan dalam hal yang diceritakan oleh sahabat saya tadi, saya hanya meyakinkannya bahwa periuk kita tidak akan tertukar dengan periuk orang lain 🙂

 

*******

 

#NulisRandom2015

– pim 210615 –

 

*sumber foto:
http://nadiamusa.net/blog/20-amalan-murah-rezeki/

Doing something we love is fun, right? And I love food traveling, reading, watching movie, writing, and crafting sometimes..:-) -- Seorang farmasis, karyawan di salah satu perusahaan farmasi di Indonesia :) Yang meyakini bahwa menjadikan pekerjaan sebagai hobi, atau menjadikan hobi sebagai pekerjaan adalah sesuatu yang luar biasa..!! -- Yang suatu saat bisa berkata : "People call it work, but I call it hobby" --

Leave a reply